,

APBN Tekor: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Diskusi Ekonomi Bersama Ihsanuddin Nursi di Midnight Live

Dalam segmen spesial Midnight Live, host mengundang tamu istimewa, Ihsanuddin Nursi, seorang pakar ekonomi, untuk membahas isu krusial: APBN yang mengalami defisit besar.

Bukan Hasil Sebulan Dua Bulan, Tapi Akumulasi 10 Tahun

Menurut Nursi, kondisi keuangan negara saat ini bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. “Ini adalah bawaan dari 10 tahun terakhir,” jelasnya. Ia bahkan sudah mengingatkan potensi gelombang PHK sejak November 2023 saat berbicara di depan pelaku industri tekstil. “Kelas menengah jatuh, PHK meningkat, nilai tukar rupiah anjlok, indeks harga saham gabungan turun, dan daya beli masyarakat melemah,” lanjutnya.

Dampak Infrastruktur dan Pajak yang Turun Drastis

Pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan ternyata tidak berdampak signifikan pada biaya logistik. “Penurunan biaya logistik hanya 0,3%, padahal dana yang dikeluarkan besar,” ujarnya. Selain itu, penerimaan pajak tahun ini turun hingga 30,2% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Kisruh Realokasi Anggaran dan Sri Mulyani

Situasi semakin panas dengan adanya realokasi anggaran untuk program makan bergizi gratis. Langkah ini dinilai tidak menciptakan pertumbuhan ekonomi yang nyata, bahkan menimbulkan ketegangan antara Rahmat Pambudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani hingga rapat mereka batal.

Isu lain yang beredar adalah kemungkinan mundurnya Sri Mulyani dari jabatannya. “Saat Sri Mulyani keluar dari pertemuan di Kertanegara 46, ia langsung menyatakan tidak ada badan penerimaan negara. Itu sinyal ketidaksepakatannya dengan presiden terpilih,” ungkap Nursi.

Apakah Ada Solusi?

Menurut Nursi, APBN seharusnya menjadi pemantik pendapatan masyarakat, bukan hanya alat distribusi belanja negara. “Masalahnya bukan sekadar siapa aktornya, tapi sistem yang sudah amburadul,” tegasnya. Bahkan, berbagai skandal seperti Bea Cukai dan pajak membuktikan bahwa pengelolaan keuangan negara masih bermasalah.

Ketika ditanya apakah target pertumbuhan ekonomi 8% realistis, ia skeptis. “Angka yang saya prediksi saja cuma 4,9% untuk 2025, bahkan bisa lebih rendah. Mereka bilang 8%, tapi dasarnya apa?” tanyanya retoris.

Optimisme di Tengah Krisis?

Meskipun situasi tampak suram, Nursi tetap menekankan bahwa harapan selalu ada. “Selama matahari masih terbit, kita harus optimis. Tapi, optimis menghadapi koruptor itu yang sulit,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *